penyakit aids/hiv
KONSEP
DASAR
A. Pengertian
1.
AIDS
adalah sindrom yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa
adanya penyebab yang diketahui (Rampengan, 1993).
2.
AIDS
merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh
oleh virus yang disebut HIV (Human
Immunodeficiency Virus). (Aziz Alimul
Hidayat, 2006).
3.
AIDS
adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari
infeksi HIV (Price, 2000 : 224)
4.
AIDS
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immodeficiency Virus)
ditandai dengan sindrom menurunnya sistem kekebalan tubuh. (Depkes RI, 1992 :
2)
5.
AIDS
adalah suatu penyakit retrovirus yang ditandai oleh imunosupresi berat yang
menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan kelainan
imunolegik. (Price, 2000 : 241)
6.
AIDS
adalah suatu syndrome atau kumpulan gejala penyakit dengan karakteristik
defisiensi imune yang berat dan merupakan manifestasi stadium akhir infeksi
Human Immunedeficiency Virus (Syaefulloh, 1998)
7.
AIDS
merupakan syndrome defisiensi immune yang didapat, rute satu-satunya
teridentifikasi dari transmisi melalui darah dan semen yang terkontaminasi oleh
HIV (Engram, 1998)
Dari semua pengertian di atas dapandai
dengan syndrome menurunnya sistem kekebalan tubuh, sehingga pasien AIDS mudah
diserang oleh infeksi oportunistik dan kanker.
B. Etiologi
Menurut Hudak dan Gallo (1996),
penyebab dari AIDS adalah suatu agen viral (HIV) dari kelompok virus yang
dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah melalui hubungan seksual
dan mempunyai aktivitas yang kuat terhadap limfosit T yang berperan dalam
mekanisme pertahanan tubuh manusia. HIV merupakan Retrovirus yang menggunakan
RNA sebagai genom. HIV mempunyai kemampuan mengcopy cetakan materi genetic
dirinya ke dalam materi genetic sel-sel yang ditumpanginya.
Sedangkan menurut Long (1996) penyebab
AIDS adalah Retrovirus yang telah terisolasi cairan tubuh orang yang sudah
terinfeksi yaitu darah semen, sekresi vagina, ludah, air mata, air susu ibu
(ASI), cairan otak (cerebrospinal fluid), cairan amnion, dan urin. Darah, semen, sekresi vagina dan ASI
merupakan sarana transmisi HIV yang menimbulkan AIDS.
Cairan transmisi HIV yaitu melalui
hubungan darah (transfusi darah/komponen darah jarum suntik yang di pakai
bersama sama tusuk jarum) seksual (homo bisek/heteroseksual) perinatal (intra
plasenta dan dari ASI)
Empat populasi utama pada kelompok
usia pediatrik yang terkena HIV :
1.
Bayi yang
terinfeksi melalui penularan perinatal dari ibu yang terinfeksi (disebut juga
transmisi vertikal); hal ini menimbulkan lebih dari 85% kasus AIDS pada
anak-anak yang berusia kurang dari 13 tahun.
2.
Anak-anak
yang telah menerima produk darah (terutama anak dengan hemofilia).
3.
Remaja
yang terinfeksi setelah terlibat dalam perilaku risiko tinggi.
4.
Bayi yang
mendapat ASI (terutama di negara-negara berkembang)
C. Patofisiologi
Penyebab dari AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang
termasuk dalam famili retrovirus. Virus HIV melekat dan memasuki limfosit T
helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologik
lain dan akan mengalami destruksi sel secara bertahap. Sel-sel ini, yang
memperkuat dan mengulang respons imunologik, dan bila sel-sel tersebut
berkurang dan rusak, maka fungsi imunologik lain terganggu.
HIV merupakan retrovirus yang membawa
informasi genetic RANA. Pada saat virus HIV masuk dalam tubuh virus akan
menginfeksi sel yang mempunyai antigen CD4+ (Sel T pembantu, helper T cell).
Sekali virus masuk ke dalam sel, virus akan membuka lapisan protein sel dan
menggunakan enzim Reserve transcriptase untuk
mengubah RNA. DNA virus akan terintergrasi dalam sel DNA host dan akan
mengadakan duplikasi selama proses normal pembelahan.
Dengan memasuki limfosit T4, virus
memaksa limfosit T4 untuk memperbanyak dirinya sehingga akhirnya menyebabkan
kematian limfosit T4. kematian limfosit T4 membuat daya tahan tubuh berkurang
sehingga mudah terserang infeksi dari luar (baik virus lain, bakteri, jamur
atau parasit). Hal itu menyebabkan kematian pada orang yang terjangkit
HIV/AIDS. Selain menyerang limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel tubuh yang
lain. Organ yang paling sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya.
Virus AIDS diliputi oleh suatu protein pembungkus yang sifatnya toksik (racun)
terhadap sel. Khususnya sel otak dan susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang
dapat mengakibatkan kematian sel otak.
Sel CD4+ (Sel T pembantu / helper T
cell) sangat berperan penting dalam fungsi system immune normal, mengenai
antigen dan sel yang terinfeksi, dan mengaktifkan sel B untuk memproduksi
antibody. Juga dalam aktivitas langsung pada cell-mediated cell immune (immune
sel bermedia) dan mempengaruhi aktivitas langsung pada sel kongetitis
duplikasi.
Menurut Long (1996) retrovirus /HIV
dibawa oleh hubungan seksual, tranfusi darah dan oleh ibu yang terkena infeksi
ke fetus. Pada saat virus HIV masuk ke dalam aliran darha maka HIV mencari sel
T4 dan pembantu sel virus melekat pada isyarat dari T4 dan masuk ke dalam sel
dan mengarahkan metabolisme agar mengabaikan fungsi normal (kematian sel T4)
dan memperbanyak dari HIV. HIV baru menempel kepada sel T4 dan menghancurkannya.
Hal ini terjadi berulang-ulang kemudian terjadi sebagai berikut :
1.
Infeksi
Akut
Terjadi infeksi imun yang aktif terhadap masuknya HIV ke
dalam darah. HIV masih negatif. Gejala lainnya seperti demam, mual, muntah,
berkeringat malam, batuk, nyeri saat menelan dan faringgitis.
2.
Infeksi
kronik
Terjadi bertahun-tahun dan tidak ada gejala
(asimtomatik), terjadi refleksi lambat pada sel-sel tertentu dan laten pada
sel-sel lainnya.
3.
Pembengkakan
kelenjar limfe
Gejala menunjukkan hiperaktivitas sel limfosit B dalam
kelenjar limfe dapat persisten selama bertahun-tahun dan pasien tetap merasa
sehat. Pada masa ini terjadi progresi terhadap dari adanya hiperplasia folikel
dalam kelenjar limfe sampai dengan timbulnya involusi dengan tubuh untuk
menghancurkan sel dendritik pada otak juga sering terjadi, pembesaran kelenjar
limfa sampai dua tahun atau lebih dari nodus limfa pada daerah inguinal selama
tiga bulan atau lebih. HIV banyak berkonsentrasi pada liquor serebrospinal.
4. Penyakit lain akan
timbul antara lain :
a.
Penyakit
kontitusional
Gejala dengan keluhan yang disebakan oleh hal-hal yang
tidak langsung berhubungan dengan HIV seperti diare, demam lebih dari 1 bulan,
berkeringat malam, terasa lelah yang berlebih, berat badan yang menurun sampe
dengan 10% yang mengindikasikan AIDS (slim disease)
b.
Gejala
langsung akibat HIV/Kompleks Demensia AIDS (AIDS demensia complex)
Muncul penyakit-penyakit yang menyerang sistem syaraf
antara lain mielopati, neuropati perifer, penyakit susunan syaraf otak,
kehilangan memori secara fluktoatik, bingung, kesulitan konsentrasi, apatis dan
terbatasnya kecepatan motorik. Demensia penuh dengan adanya gangguan kognitif, verbalisasi, kemampuan
motorik, penyakit kontitusional.
c. Infeksi akibat
penyakit yang di sebabkan parasit : pneumonia carinii protozoa (PCP),
cryptosporidictis (etero colitis), toxoplasmosis (CNS dissemminated desease),
dan isoporiasis (coccodiosis), bakteri (infeksi mikrobakteri, bakteriemi,
salmonella, tubercullosis), virus sitomegelovirus : hati, retinaparu-paru, kolon;
herpes simplek) dan fungus (candidiasis pada oral, esofagus, intestinum)
d.
Kanker
sekunder
Muncul penyakit seperti sarcoma kaposi.
e.
Penyakit
lain
Infeksi sekunder atau neoplasma lain yang berakibat pada
kematian dimana sistem imunitas tubuh sudah pada batas minimal atau mugkin
habis sehingga HIV menguasai tubuh.
Penyakit AIDS
Kali ini saya
akan mencoba membahas mengenai pengertian penyakit AIDS, penyebab penyakit
AIDS, Pola atau cara penularan penyakit AIDS serta penanganan dan pengobatan
yang diberikan kepada penderita penyakit HIV+ atau AIDS.
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Penyakit AIDS yaitu suatu penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak berkembangbiaknya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh membuat si penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit termasuk penyakit ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan menjadikannya tempat berkembang biak Virus HIV baru, kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sebagaimana kita ketahui bahwa sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita diserang penyakit, Tubuh kita lemah dan tidak berupaya melawan jangkitan penyakit dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza atau pilek biasa.
Ketika tubuh manusia terkena virus HIV maka tidaklah langsung menyebabkan atau menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif yang mematikan.
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Penyakit AIDS yaitu suatu penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak berkembangbiaknya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh membuat si penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit termasuk penyakit ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan menjadikannya tempat berkembang biak Virus HIV baru, kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sebagaimana kita ketahui bahwa sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita diserang penyakit, Tubuh kita lemah dan tidak berupaya melawan jangkitan penyakit dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza atau pilek biasa.
Ketika tubuh manusia terkena virus HIV maka tidaklah langsung menyebabkan atau menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif yang mematikan.
· Cara Penularan virus HIV
AIDS1. Melalui darah. misalnya ; Transfusi darah, terkena darah HIV+ pada kulit
yang terluka, jarum suntik, dsb.
2. Melalui cairan semen, air mani (sperma atau peju Pria). misalnya ; seorang Pria berhubungan badan dengan pasangannya tanpa menggunakan kondom atau pengaman lainnya, oral sex, dsb
3. Melalui cairan vagina pada Wanita. misalnya ; Wanita yang berhubungan badan tanpa pengaman, pinjam-meminjam alat bantu seks, oral seks, dsb.
4. Melalui Air Susu Ibu (ASI). misalnya ; Bayi meminum ASI dari wanita hiv+, Pria meminum susu ASI pasangannya, dsb.
Adapun cairan tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita HIV+ antara lain Saliva (air liur atau air ludah), Feses (kotoran atau tinja), Air mata, Air keringat
serta Urine (Air seni atau air kencing).
2. Melalui cairan semen, air mani (sperma atau peju Pria). misalnya ; seorang Pria berhubungan badan dengan pasangannya tanpa menggunakan kondom atau pengaman lainnya, oral sex, dsb
3. Melalui cairan vagina pada Wanita. misalnya ; Wanita yang berhubungan badan tanpa pengaman, pinjam-meminjam alat bantu seks, oral seks, dsb.
4. Melalui Air Susu Ibu (ASI). misalnya ; Bayi meminum ASI dari wanita hiv+, Pria meminum susu ASI pasangannya, dsb.
Adapun cairan tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita HIV+ antara lain Saliva (air liur atau air ludah), Feses (kotoran atau tinja), Air mata, Air keringat
serta Urine (Air seni atau air kencing).
· Tanda dan Gejala Penyakit
AIDSSeseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak
memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3
sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV
tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap
sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga
jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat
kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang
merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini :
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini :
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).
·
Penanganan dan Pengobatan Penyakit AIDSKendatipun dari berbagai negara
terus melakukan researchnya dalam mengatasi HIV AIDS, namun hingga saat ini
penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun vaksin yang dapat
menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS. Adapun tujuan
pemberian obat-obatan pada penderita AIDS adalah untuk membantu memperbaiki
daya tahan tubuh, meningkatkan kualitas hidup bagi meraka yang diketahui
terserang virus HIV dalam upaya mengurangi angka kelahiran dan kematian.
Kita semua diharapkan untuk tidak mengucilkan dan menjauhi penderita HIV karena mereka membutuhkan bantuan dan dukungan agar bisa melanjutkan hidup tanpa banyak beban dan berpulang ke rahmatullah dengan ikhlas.
Kita semua diharapkan untuk tidak mengucilkan dan menjauhi penderita HIV karena mereka membutuhkan bantuan dan dukungan agar bisa melanjutkan hidup tanpa banyak beban dan berpulang ke rahmatullah dengan ikhlas.
D. Manifesasi
Klinis
Masa antara terinfeksi HIV dan timbul
gejala-gejala penyakit adalah 6 bulan-10 tahun. Rata-rata masa inkubasi 21
bulan pada anak-anak dan 60 bulan/5tahun pada orang dewasa. Tanda-tanda yang di
temui pada penderita AIDS antara lain:
1. Gejala yang muncul setelah 2 sampai 6 minggu
sesudah virus masuk ke dalam tubuh: sindrom mononukleosida yaitu demam dengan
suhu badan 38 C sampai 40 C dengan pembesaran kelenjar getah benih di leher dan
di ketiak, disertai dengan timbulnya bercak kemerahan pada kulit.
2. Gejala dan tanda yang muncul setelah 6 bulan
sampai 5 tahun setelah infeksi, dapat muncul gejala-gejala kronis : sindrom
limfodenopati kronis yaitu pembesaran getah bening yang terus membesar lebih luas
misalnya di leher, ketiak dan lipat paha. Kemudian sering keluar keringat malam
tanpa penyebab yang jelas. Selanjutnya timbul rasa lemas, penurunan berat badan
sampai kurang 5 kg setiap bulan, batuk kering, diare, bercak-bercak di kulit,
timbul tukak (ulceration), perdarahan, sesak nafas, kelumpuhan, gangguan
penglihatan, kejiwaan terganggu. Gejala ini di indikasi adanya kerusakan sistem
kekebalan tubuh.
3. Pada tahap akhir, orang-orang yang sistem
kekebalan tubuhnya rusak akan menderita AIDS. Pada tahap ini penderita sering
di serang penyakit berbahaya seperti kelainan otak, meningitis, kanker kulit,
luka bertukak, infeksi yang menyebar, tuberkulosis paru (TBC), diare kronik,
candidiasis mulut dan pnemonia.
Menurut Cecily L Betz, anak-anak
dengan infeksi HIV yang didapat pada masa perinatal tampak normal pada saat
lahir dan mulai timbul gejala pada 2 tahun pertama kehidupan. Manifestasi
klinisnya antara lain :
1.
Berat
badan lahir rendah
2.
Gagal
tumbuh
3.
limfadenopati
umum
4.
Hepatosplenomegali
5.
Sinusitis
6.
Infeksi
saluran pernapasan atas berulang
7.
Parotitis
8.
Diare
kronik atau kambuhan
9.
Infeksi
bakteri dan virus kambuhan
10.
Infeksi
virus Epstein-Barr persisten
11.
Sariawan
orofarings
12.
Trombositopenia
13.
Infeksi
bakteri seperti meningitis
14.
Pneumonia
interstisial kronik
Lima puluh persen
anak-anak dengan infeksi HIV terkena sarafnya yang memanifestasikan dirinya
sebagai ensefalopati progresif, perkembangan yang terhambat, atau hilangnya
perkembangan motoris.
E. Komplikasi
1.
Pneumonia
Pneumocystis carinii (PPC)
2.
Pneumonia
interstitial limfoid
3.
Tuberkulosis
(TB)
4.
Virus
sinsitial pernapasan
5.
Candidiasis
esophagus
6.
Limfadenopati
(pembesaran kelenjar getah bening)
7.
Diare
kronik
F. Pemeriksaan
Penunjang
1.
Pemeriksaan
laboratorium menurut Mansjoer (2000), dapat dilakukan dengan dua cara :
a.
Cara
langsung yaitu isolasi virus dari sampel. Umumnya dengan menggunakan microskop
elektron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara deteksi antigen virus
adalah dengan polymerase chain reaction
(PCR). Penggunaan PCR antara lain untuk ;
1)
Tes HIV
pada bayi karena zat anti dari ibu masih ada pada bayi sehingga menghambat
pemeriksaan serologis.
2) Menetapkan status
infeksi pada individu seronegatif
3)
Tes pada
kelompok rasio tinggi sebelum terjadi sero konversi
4) Tes konfirmasi untuk
HIV-2 sebab sensitivitas ELISA untuk rendah.
b. Cara tidak langsung
yaitu dengan melihat respon zat anti spesifik tes, misalnya :
1)
ELISA,
sensitivitas tinggi (98,1-100%), biasanya memberikan hasil positif 2-3 buah
sesudah infeksi. Hasil positif harus di konfirmasi dengan pemeriksaan Western
Blot.
2)
Western
Blot, spsifitas tinggi (99,6-100%). Namun, pemeriksaan ini cukup sulit, mahal
dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Mutlak diperlukan untuk konfirmasi hasil
pemeriksaan ELISA positif.
3)
Imonofivoresceni assay (IFA)
4) Radio Imuno praecipitation assay (RIPA)
2. Pemeriksaan
laboratorium untuk mendiagnosa dan melacak virus HIV
a.
Status
imun
1)
Tes fungsi
sel CD4
2)
Sel T4
mengalami penurunan kemampuan untuk reaksi terhadap antigen
3)
Kadar
imunoglobutin meningkat
4) Hitung sel darah
putih normal hingga menurun
5)
Rasio CD4
: CD8 menurun
3.
Complete Blood Covnt (CBC)
Dilakukan untuk mendeteks adanya anemia, leukopenia dan
thrombocytopenia yang sering muncul pada HIV.
4.
CD4 cell count
Tes yang paling banyak digunakan untuk memonitor
perkembangan penyakit dan terapi yang akan dilakukan.
5.
Blood
Culture
6.
Immune Complek Dissociaced P24 Assay
Untuk memonitor perkembangan penyakit dan aktivitas
medikasi antivirus.
7.
Tes lain
yang biasa dilakukan sesuai dengan manifestasi klinik baik yang general atau
spesifik antara lain :
a. Tuberkulin
skin testing
Mendeteksi kemungkinan adanya
infeksi TBC.
b. Magnetik
resonance imaging (MRI)
Mendeteksi adanya lymphoma pada otak
c. Spesifik
culture dan serology examination (uji kultur
spesifik dan scrologi)
d. Pap smear
setiap 6 bulan
Mendeteksi dini adanya kanker
rahim.
Mendiagnosisi
infeksi HIV pada bayi dari ibu yang terinfeksi HIV tidak mudah. Dengan
menggunakan gabungan dari tes-tes di atas, diagnosis dapat ditetapkan pada
kebanyakan anak yang terinfeksi sebelum berusia 6 bulan.
Temuan
laboratorium ini umumnya terdapat pada bayi dan anak-anak yang terinfeksi HIV :
1.
Penurunan
jumlah limfosit CD4+ absolut
2.
Penurunan
persentase CD4
3.
Penurunan
rasio CD4 terhadap CD3
4.
Limfopenia
5.
Anemia,
trombositopenia
6.
Hipergammaglobulinemia
(IgG, IgA, IgM)
7.
Penurunan
respons terhadap tes kulit (Candida
albicans, tetanus)
8.
Respons
buruk terhadap vaksin yang didapat (difteria, tetanus, morbilli, Haemophilus
influenzae tipe B)
Bayi yang lahir dari ibu HIV-positif,
yang berusia kurang dari 18 bulan dan yang menunjukkan uji positif untuk
sekurang-kurangnya dua determinasi terpisah dari kultur HIV, reaksi rantai
polimerase-HIV, atau antigen HIV, maka ia dapat dikatakan “terinfeksi HIV”.
Bayi yang lahir dari ibu HIV-positif, berusia kurang dari 18bulan, dan tidak
positif terhadap ketiga uji tersebut dikatakan “terpajan pada masa perinatal”.
Bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV, yang ternyata antibodi-HIV negatif dan
tidak ada bukti laboratorium lain yang menunjukkan bahwa ia terinfeksi HIV maka
ia dikatakan “seroreverter”
G. Penatalaksanaan
Hingga kini belum ada penyembuhan
untuk infeksi HIV dan AIDS. Penatalaksanaan AIDS dimulai dengan evaluasi staging untuk menentukan perkembangan
penyakit dan pengobatan yang sesuai. Anak dikategorikan menggunakan tiga parameter: status kekebalan, status
infeksi, dan status klinik. Seorang anak dengan tanda dan gejala ringan tetapi
tanpa bukti adanya supresi imun dikategorikan sebagai A2. status imun
didasarkan pada jumlah CD4 atau persentase CD4, yang tergantung usia anak.
Kategorisasi Anak Infeksi HIV dan
AIDS
Kategori Imun
|
Kategori Klinis
|
|||
(N) Tanpa Tanda
dan Gejala
|
(A) Tanda dan
Gejala Ringan
|
(B) Tanda dan
Gejala Sedang
|
(C) Tanda dan Gejala Hebat
|
|
(1) Tanpa tanda supresi
|
N1
|
A1
|
B1
|
C1
|
(2) Tanda supresi sedang
|
N2
|
A2
|
B2
|
C2
|
(3) Tanda supresi berat
|
N3
|
A3
|
B3
|
C3
|
Keterangan :
Kategori Klinis HIV
- Kategori N : Tidak bergejala
Anak-anak tanpa tanda atau
gejala infeksi HIV
- Kategori A: Gejala ringan
Anak-anak mengalami dua atau lebih gejala berikut ini:
1).
Limfadenopati
2).
Hepatomegali
3).
Splenomegali
4).
Dermatitis
5).
Parotitis
6).
Infeksi
saluran pernapasan atas yang kambuhan/persisten, sinusitis, atau otitis media.
- Kategori B: Gejala sedang
Anak-anak dengan kondisi simtomatik karena infeksi HIV
atau menunjukkan kekurangan kekebalan karena infeksi HIV: contoh dari
kondisi-kondisi tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Anemia,
neutropenia, trombositopenia selama > 30 hari
b.
Meningitis
bakterial, pneumonia, atau sepsis
c.
Sariawan
persisten selama lebih dari 2 bulan pada anak di atas 6 bulan
d.
Kardiomiopati
e.
Infeksi
sitomegalovirus dengan awitan sebelum berusia
1 bulan
f.
Diare,
kambuhan atau kronik
g.
Hepatitis
h.
Stomatitis
herpes, kambuhan
i.
Bronkitis,
pneumonitis, atau esofagitis HSV dengan awitan sebelum berusia 1 bulan.
j.
Herpes
zoster, dua atau lebih episode
k.
Leiosarkoma
l.
Penumonia
interstisial limfoid atau kompleks hiperplasia limfoid pulmoner (LIP/PLH)
m.
Varisela
zoster persisten
n.
Demam
persisten > 1 bulan
o.
Toksoplasmosis
awitan sebelum berusia 1 bulan
p.
Varisela,
diseminata (cacar air berkomplikasi)
- Kategori C : Gejala Hebat
Anak dengan kondisi berikut ini:
a.
Infeksi
bakterial multipel atau kambuhan
b.
Kandidiasis
pada trakea, bronki, paru, atau esofagus
c.
Koksidioidomikosis,
diseminata atau ekstrapulinoner
d.
Kriptosporodisis,
intestinal kronik
e.
Penyakit,
sitomegalovirus (selain hati, limpa, nodus), dimulai pada umur > 1 bulan.
f. Retinitis sitomegalovirus
(dengan kehilangan penglihatan)
g.
Ensefalopati
HIV
h. Ulkus herpes simpleks
kronik (durasi > 1 bulan) atau
pneumonitis atau esofatis, awitan saat berusia > 1 bulan.
i.
Histoplasmosis
diseminata atau ekstrapulmoner
j.
Isosporiasis,
intestinal kronik (durasi > 1 bulan)
k.
Sarkoma
Kaposi
l.
Limfoma,
primer di otak
m.Limfoma (sarkoma
Burkitt atau sarkoma imunoblastik)
n. Kompleks Mycobacterium ovium atau mycobacterium kansasii, diseminata atau
ekstrapulmoner.
o.
Penumonia Pneumocystis carinii
p.
Leukoensefalopati
multifokal progresif
q.
Septikemia
salmonela, kambuhan
r.
Toksoplasmosis
pada otak, awitan saat berumur >1 bulan.
s.
Wasting syndrome karena
HIV
Selain mengendalikan perkembangan
penyakit, pengobatan ditujukan terhadap mencegah dan menangani infeksi
oportunistik seperti kandidiasis dan penumonia interstisial.
Azidotimidin (zidovudin), videks, dan
zalcitabin (dcc) adalah obat-obatan untuk infeksi HIV dengan jumlah CD4 rendah.
Videks dan ddc kurang bermanfaat untuk penyakit sistem saraf pusat Trimetoprim
sulfametoksazol (Septra, Bactrim) dan pentamadin digunakan untuk pengobatan dan
profilaksis pneumonia cariini Pneumocystis
(PCP). Pemberian imunoglobulin secara intravena setiap bulan sekali berguna
untuk mencegah infeksi bakteri berat pada anak, selain untuk
hipogamaglobulinemia.
Imunisasi
disarankan untuk anak-anak dengan infeksi HIV. Sebagai ganti vaksin poliovirus
oral (OPV), anak-anak diberi vaksin virus polio yang tidak aktif (IPV).
Memulihkan sistem imun.
1.
Obat-obat
yang telah dicoba dipakai adalah imunomodulator, seperti isoprenosino,
interferon (alfa dan gamma), interleukin 2. Namun, sampai sekarang belum
memberikan hasil seperti yang diharapkan.
2. Transfusi
limfosit dan transplantasi sumsum tulang.
Memberantas
virusnya.
Salah satu cara
untuk memutuskan rantai pembiakan virus AIDS adalah dengan “inhibiton reserve
transcriptace” dengan obat suramin untuk menghambat efek sitopatis virus
terhadap sel limposit-T helper, namun obat ini sangat toksik.
Menurut Long (1996) perawatan diri pasien dengan AIDS
adalah :
1.
Upaya
preventif meliputi :
a.
Penyuluhan
kesehatan pada kelompok yang beresiko terkena AIDS.
b.
Anjuran
bagi yang telah terinfeksi virus ini untuk tidak menyumbangkan darah, organ
atau cairan semen.
c.
Modifikasi
tingkah laku dengan :
1).
Membantu
mereka agar bisa merubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku yang beresiko
atau yang kurang beresiko dengan mengubah kebiasaan seksual guna mencegah
terjadinya penularan.
2).
Mengingatkan
kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa mempertahankan tubuh dengan
baik yaitu dengan asupan nutrisi dan vitamin yang cukup.
3).
Pandangan
hidup yang positif
4).
Memberikan
dukungan psikologis dan sosial
d.
Skrining
darah donor terhadap adanya antibody HIV
2.
Edukasi
yang bertujuan :
a.
Mendidik
pasien dan keluarganya tentang bagaimana menghadapi kenyataan hidup bersama
AIDS, kemungkinan didiskriminasikan dari masyarakat sekitar, bagaimana tanggung
jawab keluarga, teman dekat atau masyarakat lain.
b.
Pendidikan
bagaimana cara hidup sehat, dengan mengatur diet, asupan nutrisi dan vitamin
yang cukup, menghindari kebiasaan.
H. Pencegahan
Langkah-langkah untuk mencegah
penyebaran penyakit AIDS, adalah :
1.
Menghindari
hubungan seksual dengan penderita AIDS
2.
Mencegah
hubungan seksual dengan partner banyak atau dengan orang yang mempunyai banyak
partner
3.
Menghindari
hubungan seksual dengan pecandu narkotik yang menggunakan obat suntik.
4.
Orang-orang
dari kelompok resiko tinggi dicegah menjadi donor darah.
5.
Pemberian
transfusi darah hanya untuk pasien-pasien yang benar-benar perlu
6.
Pada
setiap suntikan harus terjamin sterilitas atau suntiknya
7.
Penularan
pada bayi dan anak dapat terjadi pada waktu hamil, melahirkan maupun
postpartum, maka sebaiknya wanita dengan resiko tinggi AIDS jangan hamil dan
jangan melahirkan.
PATHWAY
![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
|
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
|
|||||||||||

|
|


|
|
|


|




|
|

|
|
|





|
|
|




|
|
|

|
|
|

|
|
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA AIDS
A. PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
1. Data Subjektif,
mencakup:
a. Pengetahuan klien
tentang AIDS
b. Data nutrisi, seperti
masalah cara makan, BB turun
c. Dispneu (serangan)
d. Ketidaknyamanan
(lokasi, karakteristik, lamanya)
2. Data Objektif,
meliputi:
a. Kulit, lesi,
integritas terganggu
b. Bunyi nafas
c. Kondisi mulut dan
genetalia
d. BAB (frekuensi dan
karakternya)
e. Gejala cemas
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran TTV
b. Pengkajian Kardiovaskuler
c. Suhu tubuh meningkat,
nadi cepat, tekanan darah meningkat. Gagal jantung kongestif sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.
d.
Pengkajian
Respiratori
e.
Batuk lama
dengan atau tanpa sputum, sesak napas, takipnea, hipoksia, nyeri dada, napas
pendek waktu istirahat, gagal napas.
f.
Pengkajian
Neurologik
g.
Sakit
kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan perilaku, nyeri otot,
kejang-kejang, enselofati, gangguan psikomotor, penurunan kesadaran, delirium,
meningitis, keterlambatan perkembangan.
h.
Pengkajian
Gastrointestinal
i.
Berat
badan menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak putih
kekuningan pada mukosa mulut, faringitis, candidisiasis esophagus,
candidisiasis mulut, selaput lender kering, pembesaran hati, mual, muntah,
colitis akibat diare kronis, pembesaran limfa.
j.
Pengkajain
Renal
k.
Pengkajaian
Muskuloskeletal
l.
Nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan
gerak (ataksia)
m.
Pengkajian
Hematologik
n.
Pengkajian
Endokrin
4.
Kaji
status nutrisi
5.
Kaji
adanya infeksi oportunistik
6.
Kaji
adanya pengetahuan tentang penularan
Uji Laboratorium dan Diagnostik
1. ELISA : Enzyme-linked immunosorbent assay
(uji awal yang umum) untuk mendeteksi antibody terhadap antigen HIV(umumnya
dipakai untuk skrining HIV pada individu yang berusia lebih dari 2 tahun).
2. Western blot (uji konfirmasi yang umum) untuk
mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV.
3.
Kultur HIV untuk memastikan diagnosis pada bayi.
4.
Reaksi rantai polimerase (Polymerase chain
reaction)/PCR untuk mendeteksi asam deoksiribonukleat (DNA) HIV (uji langsung ini
bermanfaat untuk mendiagnosis HIV pada bayi dan anak).
5.
Uji antigen HIV untuk mendeteksi antigen HIV.
6.
HIV, IgA, IgM untuk mendeteksi antibodi HIV yang
diproduksi bayi (secara eksperimental dipakai untuk mendiagnosis HIV pada
bayi).
Temuan laboratorium yang
terdapat pada bayi dan anak yang terinfeksi HIV :
1.
Penurunan jumlah limfosit CD4+ absolut
2.
Penurunan persentase CD4
3.
Penurunan rasio CD4 terhadap CD8
4.
Limfopenia
5.
Anemia, trombositopenia
6.
Hipergammaglobulinemia (IgG, IgA, IgM)
7.
Penurunan respons terhadap tes kulit (Candida
albicans, tetanus)
8.
Respons buruk terhadap vaksin yang didapat
(difteria, tetanus, morbili, Haemophilus influenzae tipe B)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun
2.
Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan penurunan imun
3. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (diare)
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
dispneu
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan mual, muntah
6.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
frekuensi buang air besar sering (diare)
7.
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
8.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
fisik
9.
Cemas berhubungan dengan perubahan staus kesehatan
10. Perubahan proses keluarga
berhubungan dengan anak yang menderita penyakit serius
11. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurang informasi
C.
INTERVENSI
1. Diagnosa 1
: Risiko infeksi berhubungan dengan
penurunan imun
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi
NOC : immune
status
Kriterias hasil :
a.
Status
gastrointestinal normal
b.
Status
respirasi norml
c.
Status BB
normal
d.
Status
integritas kulit normal
e.
Tidak
menunjukan kelemahan
f.
Menunjukan
kekebalan tubuh
Skala penilaian :
1 = Extreme
2 = Berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak kompromi
NIC : imunisation / vaccination administration
Intervensi :
a.
Ajarkan
orang tua untuk mengikuti jadwal administerasi
b.
Ajarkan
individu keluarga untuk melakukan vaksinasi seperti kolera, influenza, rabies,
demam typoid, typus, TBC
c.
Sediakan
informasi mengenai imunisasi
d. Pantau pasien setelah
mendapat imunisasi
e.
Identifikasi
kontraindikasi dari imunisasi seperi panas.
2. Diagnosa
II : Keterlambatan tumbuh kembang
berhubungan dengan penurunan imun
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan klien menunjukan tanda pertumbuhan yang normal
NOC : pertumbuhan
Kriteria hasil:
a. Berat badan sesuai
dengan umur dan tinggi badan
b.
Turgor
kulit baik
c.
Tanda-tanda
vital baik
Skala penilaian:
1 = Tidak ada penyimpangan dari yang diharapkan
2 = Penyimpangan ringan
3 = Penyimpangan sedang
4 = Penyimpangan berat
5 = Extrim
NIC : Peningkatan pertumbuhan
Intervensi:
a.
Lakukan
pemeriksaan kesehatan dengan saksama ( tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik
)
b.
Tentukan
makanan yang disukai klien
c. Pantu kecenderungan
peningkatandan penurunan berat badan
d.
Kaji
keadekuatan asupan nutrisi
e.
Demonstrasikan
aktivitas yang meningkatkan perkembangan
3. Diagnosa III : Kurang volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (diare)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan cairan
NOC : fluid balance
Kriteria hasil :
a.
Tekanan
darah normal
b. Keseimbangan masukan
dan haluaran selama 24 jam
c.
Tidak ada
distensi vena jugularis
d.
Hidrasi
kulit
e.
Membran
mukosa normal
f.
Turgor
kulit baik
Skala penilaian :
1 = Tidak pernah menunjaukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC : fluid management
Intervensi :
a.
Timbang
popok jika diperlukan
b.
Pertahankan
intake dan output
c.
Monitor
status hidrasi
d.
Monitor
vital sign
e. Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
4. Diagnosa IV : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
dispneu
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan pola nafas efektif
NOC : Respitarory
status
a.
RR alam
batas normal
b.
Irama
nafas normal
c.
Ekspansi
dada simetris
d.
Tidak ada
dispneu
e.
Tidak ada
traktil fremitus
f.
Auskultasi
bunyi nafas normal
Skala penilaian :
1 = Extreme
2 = Berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak kompromi
NIC : Oxygen terapy
Intervensi :
a. Bersihkan mulut,
hidung, dan secret trakea
b. Pertahankan jalan
nafas yang paten
c.
Atur
peralatan oxygenasi
d.
Monitor
aliran oxygen
e.
Petahankan
posisi pasien
NIC : Vital Sign Monitoring
Intervensi :
a. Monitor TD,
nadi, suhu dan dan RR
b.
Monitor
frekuensi dan irama pernafasan
c.
Monitor
suhu warna dan kelembaban kulit
5. Diagnosa V : Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi
NOC : Nutritional
status
a. Adanya peningkatan
berat badan sesuai tujuan
b. Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi badan
c.
Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d.
Tidak ada
tanda-tanda malnutrisi
Skala penilaian :
1= Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC : nutrition management
Intervensi :
a.
Kaji
adanya alergi makanan
b.
Anjurkan
pasien untuk meningkatkan intake seperti Fe, vitamin, dan protein
c. Monitor jumlah
nutrisi dan kandungan kalori
NIC :
nutrition monitoring
a.
Monitor adanya penurunan berat badan
b. Monitor interaksi
anak / orang tua selama makan
c. Monitor kulit kering
dan perubahan pigmentasi
d.
Monitor
turgor kulit
e.
Monitor
mual dan muntah
f.
Monitor
pertumbuhan dan perkembangan
6. Diagnosa
VI : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi buang air besar
sering (diare)
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan kulit anak tetap bersih, utuh dan bebas iritasi
NOC : Tissue integrity
a.
Integritas
kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature dan
pigmentasi )
b. Tidak ada luka atau
lesi pada kulit
c.
Perfusi
jaringan baik
d.
Mampu
melindungi kulit
e.
Mampu
mempertahankan kelembaban kulit
Skala penilaian :
1 = Selalu
2 = Sering
3 = Kadang-kadang
4 = Jarang
5 = Tidak pernah
NIC : Exercise Therapy
a.
Inspeksi
permukaan kulit secara teratur untuk adanya tanda-tanda iritasi kemerahan
b.
Lindungi
permukaan kulit yang bergesekan
c.
Masase
kulit dengan lembut menggunakan lotion di area yang iritasi
7. Dignosa VII : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan suhu tubuh normal
NOC : Thermoregulation
a.
Suhu kulit
dalam rentang yang diharapkan
b.
Suhu tubuh
dalam batas normal
c. Nadi dan pernapasan
dalam rentang yang diharapkan
d.
Perubahan
warna kulit tidak ada
Skala penilaian :
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Selalu menunjukan
5 = Sering menunjukan
NIC : Fever management
Intervensi :
a.
Pantau
suhu minimal setiap 2 jam, sesuai dengan kebutuhan
b. Pantau warna kulit
dan suhu
c. Ajarkan keluarga
dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini hipertermia
d. Lepaskan pakaian yang
berlebihan dan tutupi klien dengan hanya selembar pakaian
e.
Berikan
cairan intravena
8. Dignosa VIII : Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan kelemahan fisik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan klien dapat beraktifitas seperti biasa
NOC : Penghematan energi
Kriteria hasil :
a.
Menyadari
kjeterbatasan energi
b.
Menyeimbangkan
aktifitas dan energi
c.
Tingkat
daya tahan adekuat untuk beraktifitas
Skala penilaian :
1 = Tidak sama sekali
2 = Jarang
3 = Kadang
4 = Sering
5 = Selalu
NIC : Pengelolaan enegi
a.
Tentukan
penyebab keletihan
b. Pantau asupan untuk
mamastikan keadekuatan sumber energi
c.
Batasi
rangsangan lingkungan
d.
Bantu
dengan aktifitas fisik teratur
9. Diagnosa IX : Cemas berhubungan dengan perubahan staus kesehatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan dapar berkurang
NOC : Anxiety
control
Kriteria hasil :
a.
Monitor intensitas cemas
b.
Mengurangi penyebab cemas
c.
Penurunan rangsang lingkungan ketika cemas
d.
Memberikan informasi untuk mengurangi cemas
e.
Melaporkan penurunan cemas
f.
Melaporkan keadekuaan tidur
Skala penilaian :
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC : penurunan cemas
1. Gunakan pendekatan yang
menangkan
2. Jelaskan semua prosedur dan
apa yang dirasakan selama prosedur
3.
Pahami persepsi pasien terhadap stress
4. Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan mengurangi keemasan
5.
Identifikasi tingkat kecemasan
6.
Dorong untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan
10. Diagnosa X : Perubahan
proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit serius
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan orang tua dan anak menunjukan perilaku kedekatan
NOC : Koping keluarga
Kriteria hasil :
a.
Saling
percaya dan dapat manghadapi masalah
b.
Mengatasi
masalah
c.
Pedui
terhadap kebutuhan seluruh anggota keluarga
d.
Tetapkan
prioritas
Skala penilaian :
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Selalu menunjukan
5 = Sering menujukan
NIC : Support keluarga
Intervensi :
a.
Yakinkan
keluarga bahwa pasien akan diberi perawatan terbaik
b.
Hargai
reaksi pasien terhadap kondisi pasien
c. Berikan timbal balik
atas koping keluarga
d.
Terangkan
menhenai rencana medis dan perawatan pasien terhadap keluarga
e.
Berikan
informasi tentang perkembangan pasien sesuai dengan kondisi
11. Dignosa XI : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dan keluarga pengetahuannya
bertambah
NOC :
Proses penyakit
Kriteria hasil :
- Mengenal nama penyakit
- Deskripsi proses penyakit
- Deskripsi factor penyebab
- Deskripsi tanda dan gejala
- Deskripsi cara meminimalkan perkembangan penyakit
Skala penilaian :
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC : Pembelajaran proses penyakit
a.
Jelaskan
tanda dan gejala
b.
Identifikasi
penyebab penyakit
c. Beri informasi
tentang hasil pemeriksaan diagnostik
D.
EVALUASI
1. Dx 1 : Resiko infeksi berhubungan dengan
penurunan imun
a.
Status
gastrointestinal normal 4
b.
Status
respirasi normal 3
c.
Status BB
normal 3
d.
Status
integritas kulit normal 3
e.
Tidak
menunjukan kelemahan 3
f.
Menunjukan
kekebalan tubuh
2. Dx II
: Keterlambatan tumbuh kembang
berhubungan dengan penurunan imun
a. Berat badan sesuai
dengan umur dan tinggi badan 2
b.
Turgor kulit baik 3
c.
Tanda-tanda vital baik 2
3. Dx III : Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif (diare)
a.
Tekanan
darah normal 3
b.
Keseimbangan
masukan dan haluaran selama 24 jam 3
c.
Hidrasi kulit 3
d.
Membran
mukosa normal 3
e.
Turgor
kulit baik 3
4. Dx
IV : Pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan dispneu
a.
RR alam
batas normal 3
b.
Irama
nafas normal 3
c.
Ekspansi
dada simetris 3
d.
Tidak ada
dispneu 3
e.
Tidak ada
traktil fremitus 3
f. Auskultasi bunyi nafas normal 3
5. Dx V :
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah
a.
Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan 3
b.
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan 3
c.
Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4
d.
Tidak ada
tanda-tanda malnutrisi 5
6. Dx VI : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
frekuensi buang air besar sering (diare)
a.
Integritas
kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature dan
pigmentasi ) 3
b. Tidak ada luka atau lesi pada kulit 5
c.
Perfusi
jaringan baik 4
d.
Mampu
melindungi kulit 3
e.
Mampu
mempertahankan kelembaban kulit 3
7. Dx VII : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
a.
Suhu kulit
dalam rentang yang diharapkan 3
b.
Suhu tubuh
dalam batas normal 4
c. Nadi dan pernapasan
dalam rentang yang diharapkan 4
d. Perubahan warna kulit
tidak ada 4
8. Dx VIII : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
fisik
a.
Menyadari
keterbatasan energi 2
b.
Menyeimbangkan
aktifitas dan energi 3
c.
Tingkat
daya tahan adekuat untuk beraktifitas 3
9. Dx IX : Cemas berhubungan dengan perubahan staus kesehatan
a.
Monitor intensitas cemas 4
b.
Mengurangi penyebab cemas 4
c.
Penurunan rangsang lingkungan ketika cemas 3
d.
Memberikan informasi untuk mengurangi cemas 5
e.
Melaporkan penurunan cemas 3
f.
Melaporkan keadekuaan tidur 3
10. Dx X :
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit
serius
a.
Saling
percaya dan dapat manghadapi masalah 5
b.
Mengatasi
masalah 5
c.
Pedui
terhadap kebutuhan seluruh anggota keluarga 5
d.
Tetapkan
prioritas 5
11. Dx XI : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi
a.
Mengenal
nama penyakit 4
b.
Deskripsi
proses penyakit 4
c.
Deskripsi
factor penyebab 4
d.
Deskripsi
tanda dan gejala 4
e. Deskripsi cara
meminimalkan perkembangan penyakit 4
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu
Keperawatan. Jakarta
: Salemba Medika.
Muma, Richard D. 1997. HIV : manual untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC.
Rampengan. 1993. Penyakit
Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta
Comments