ASKEP BRONCHOPNEUMONIA
ASKEP BRONCHOPNEUMONIA
A. Pengertian
Bronchopneumonia adalah peradangan pada
parenkim paru yang menyebar membentuk bercak-bercak infitiat (konsolidasi) di
aveoulus – bronkiolus terminalis yang sebelumnya didahulu oleh ISPA (Husain A,
1985)
Bronchopneumonia
terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang tersumbat oleh eksudat muko purulen
yang membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berbeda didekatnya (Wong,
1996).
Bronchopneumonia
merupakan salah satu jenis penyakit saluran pernafasan yang terjadi akibat
saluran infeksi akut diruang alveoli paru-paru,dapat melibatkan saluran bronkus
pneumonia lobaris atau lebih bercak (lobuler) jika terbatas pada alveoli
berdampingan pada bronki (Sacharine, 1997).
Bronchopneumonia
dapat juga dikatakan suatu keradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, ataupun benda aing (Hidayat, 2006).
Bronchopneumonia
adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah khususnya pada bronchus
yang dapat mengenai parenkim paru (Mansjoer, 2000).
|
B. Anatomi dan Fisiologi
Anatomi
Gambar: Struktur Sistem Saluran Pernafasan
(Sumber: Brunner dan Suddart,2002)
Fisiologi
-
Hidung / Naso = nasal
Merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai 2 lubang (kavum rasi) di pisahkan oleh sekat hidung (septum nasi),
terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang
masuk ke dalam lubang hidung.
1.
Bagian terluar dinding terdiri
dari kulit.
2. Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan
tulang rawan
3. Lapisan dalam selaput lendir yang
berlipat-libat yaitu konka rasalis
Fungsi hidung terdiri dari
1.
Bekerja sebagai saluran udara
pernapasan
2. Sebagai penyaring udara pernapasan yang
dilakukan oleh bulu-bulu hidung.
3. Dapat menghangatkan udara pernapasan oleh
mukosa
4. Membunuh kuman-kuman yang masuk,
bersama-sama udara pernapasan.
Oleh leukasit yang terdapat dalam
selaput lendir (Mukosa) dan hidung.
-
Tekak = paring
Merupakan
tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makan. Terdapat di bawah
dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang
leher.
Fungsi
dapat dibagi menjadi 3 bagian :
1.
Nosofarings,
terletak di bawah tengkorak belakang dan atas pelatum mole.
2.
Orofarings
dibelakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah
3.
Laringofarings dibelakang
larings
-
Laring = Pangkal tenggorok
Merupakan saluran udara dan bertindak
sebagai pembentukan atau penghasil suara yang dipakai berbicara dan bernyanyi,
terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra seruikalis dan masuk
ke dalam trankhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh
epiglotis yang terdiri dari tulang-tulang bawah yang bergunsi pada waktu kita
menelan makan menutup larings. Laring terdiri dari 5 tulang rawan :
1. Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun
sangat jelas terlihat.
2. Kartilago Ariteanola (2 buah) yang
berbentuk keker
3. Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk
cincin
4. Kartilago epiglotis (1buah) yang berupa
katup tulang rawan dan membantu menutup laring sewaktu oran gmenelan
5. Katilago kuneform dan kanikulata yang
sangat kecil
-
Trakea : Batang tenggorokan
Batang tenggorokan kira-kira
panjangnya 9 cm. trakea tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak lengkap berupa
cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang
melengkapi lingkaran disebelah belakang trakea. Selain itu juga memuat beberapa
jaringan otot. Trakhea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium
bersilia dan sel cangkir. Tulang rawan yang gunanya mempertahankan agar trakhea
tetap terbuka, disebelah belakangnya tidak tersambung, yaitu deitempat trakhea
menempal pada usofogus yang memisahkannya dan tulang belang.
-
Bronkus (Cabang tenggorok)
Merupakan
lanjutan dari trakea ada dua buah yang terdapat pada ketingian vertebran
torakalis ke IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi
oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada
bronkus kiri.
-
Paru-paru
Merupakan
sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung
(aveoli). Gelembung alveoli init erdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Paru-paru dibati 2 yaitu :
1.
Paru-paru kanan terdiri atas
lobus (belah paru), lobus pulma dextrasuperior, labus media, dan lobus
inferior, tiap lobus tersusun oleh lobulus.
2.
Paru-paru kiri terdiri dari
lobus superior dan lobus inferior. Paru-paru ini mempunyai 10 segmen yaitu 5
segmen pada lobus superior dan 5 segmen pada lobus inferior.
Pernafasan paru-paru (pernafasan pulmoner) merupakan
pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru atau pernafasan
eksterna, oksigen diambil oleh sel darah mereh dibawa ke jantung disampaikan
keseluruhan tubuh. Didalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan
menembus membran alveoli dan kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus
berakhir pada mulut dan hidung.
(Pearce, E. Evelyn. 2004 dan Syaifudin. 1997)
C. Etiologi
Menurut Wong (1996) bronchopneumonia dapat disebabkan
atau dapat dibagi:
1. Bayi
dibawah umur 3 bulan disebabkan oleh Streptococcus
dan Chlamydol infection
2. Umur
3 bulan-5 tahun Streptococcus
pneumonia,haemophilus influenzae tipe B
3. Umur lebih dari 5 tahun disebabkan oleh pneumonia.
Penyebab utama Bronchopneumonia yatu:
a. Bakteri:
Diplokokus pneumonia,Atapilococcus
pneumonia, Stapilococcus hemolitikus
b. Virus: Virus influenza,para influenza adono
virus,miko plasma pneumonia
c. Jamur:
Aspegilus,koksidiodomi kosis,histoplasma
Sedangkan penularan penyakit Broncopneumonia dapat
melalui droplet imfection (percikan air ludah) makan dan minum yang
terkontaminasi bakteri atau virus Bronchopneumonia,peralatan pernafasan yang
terkontaminasi.
D. Tanda dan Gejala
Menurut Wong (1996) tanda dan
gejala dari bronchopneumonia adalah:
1.
Demam
Suhu mencapai
39,5oC – 40,5oC bila terjadi proses inflamasi atau 103oF-
105o F.
2.
Penyumbatan pada jalan nafas
Adanya sumbatan pada membran mukosa pada hidung
menyebabkan saluran pernafasan mengalami penyimpitan ambat eksudasi yang
berhubungan dengan pemberian makanan pada bayi yang mengalami gangguan
pernafasan dengan didukung ambt dari atitis media dan sinusitis.
3. Batuk dan yeri dada yang digambarkan pada
orang dewasa.
4.
Perubahan sistem pernafasan
Sistem pernafasan yang
mengalami infeksi untuk memanifestasikan pernafasan yang cepat dapat juga
disertai dengan cairan (rinorea) atau kental bernanah, tergantung dari tipe dan
tempat inflamasi.
5. Bunyi nafas
Serak, merintih, stridor,
wheezing, crackles, tanpa bunyi.
6. Tenggorokan luka
Komplikasi dari inflamasi
tingkat tinggi.
7. Mengismus
Dikompensasikan dengan sakit
kepala, nyeri dan kekakuan punggung dan leher, peningkatan suhu.
8. Anoneksia
Menyerang anak yang terinfeksi
akut
9.
Muntah
Anak mudah muntah jika sakit, hal ini menunjukan ada
serangan infeksi,biasanya tidak lama tetapi tetap terjadi selama sakit
10. Diare
Biasanya ringan kemudian
berat, sering menyertai infeksi pernafasan dan dapat menyebabkan dehidrasi
11. Nyeri perut
Spasme otot mungkin disebabkan
karena faktor muntah, takut, gelisah dan ketegangan pada anak..
E. Patofisiologi
Branchopneomonia merupakan salah satu
jenis pneumonia yang disebabkan oleh adanya inflamasi dari virus, bakteri atau
mikroba yang terhirup atau masuk melalui sistem vaskularisasi dari nasofaring
terbawa ke dalam bronkus bahkan sampai pada seluruh bagian alveoli sehingga
agent penyebab membuat granulasi leukosit yang dapat meningkatkan produksi
sputum.Eritrosit dalam
bronkolos menurun sehingga memanifestasikan tachipnea dan tampak sianosis
akibat proses inflamasi yang berlangsung dimana leukosit banyak yang kalah atau
mati maka timbul eksudat fibrin disepanjang bronkus. Akibatnya pembuangan CO2
dari alveoli terhambat oleh penumpukan O2. bila keadaan tersebut
dapat dikompensasikan oleh paru-paru maka tidak muncul gangguan pertukaran atau
proses pernapasan berjalan normal dimana aspirasi dan ekspirasi berlangsung
didalam alveolus. Bronchopneumonia
biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas sealama
beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39,5o C
– 40,5oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi, anak
sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat, dan dangkal disertai cuping hidung
serta sianosis disekitar hidung dan mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan
diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tetapi setelah
beberapa hari mula-mula kering kemudian produktif, pada auskultasi mungkin hanya
terdengar ronkhi basah, nyaring, halus atau sedang. Bila sarang
bronchopneoumonia menjadi satu mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan
suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras pada stadium resolusi,
ronchi terdengar (Wong,1996).
F. Pemeriksaan Penunjang
Berbagai pemeriksaan penunjang pada klien
dengan Broncopneumonia menurut Sowden (2000),adalah:
1.
Pemeriksaan Radiologi
Untuk mengetahui penyebab dan
mendiagnosa secara tepat.
2. Pemeriksaan RSV (Respiratori Synatial
Virus)
3.
Gas darah arteri
4.
Laboratorium
-
Jumlah
sel darah putih normal atau meningkat biasanya leukositosis dapat mencapai
15.000-40.000 / mm3
-
Urine biasanya berwarna lebih
tua, terdapat albuminoria ringan
G. Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan Medis
penatalaksanaan bronchopneumonia menurut Dahlan (2001)
antara lain:
a.
Terapi oksigen
b.
Humidifikasi dengan nebulazer
untuk pengenceran dahak yang kental
c.
Fisio terapi dada untuk
pengeluaran dahak
d.
Penaturan cairan
e.
Pemberian kortikosteroid pada
fase sepsis berat perlu diberikan
f.
Obat motropik seperti dobutamin
atau dopamine kadang-kadang diperlukan bila terdapat komplikasi gangguan
sirkulasi atau gagal prenatal.
g.
Ventilasi mekanis,indikasi dan
pemasangan ventilator pada pneumonia adalah:
1)
Hipoksemia
2)
Gagal nafas
3)
Respiratori arrest
4)
Restensi aputum
h.
Drainase epidema bila ada
i.
Bila terdapat gagal nafas
diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang didapatkan terutama dari lemak.
2.
Penatalaksanaan Keperawatan
a.
Pathways dan perumusan diagnosa
keperawatan menurut Wong;s (1996)
b.Fokus intervensi keperawatan
1.Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan penumpukan sekret (Hidayat,2006)
Tujuan : bersihan jalan nafas
kembali normal.
Intervensi :
-
Kaji
frekuensi / kedalaman pernafasan dan pergerakan dada.
-
Kaji pengeluaran sputam pada
anak
-
Hindari penggunaan pakaian
sempit
-
Berikan intake cairan yang
adekuat
-
Tingkatkan
periode dan istirahat dan tidur.
2.Perubahan
pola nafas berhubungan dengan peningkatan sekresi (Hidayat,2006)
Tujuan : perubahan pola nafas
kembali normal.
Intervensi :
-
Tinggikan
kepala dan bantu mengubah posisi
-
Observasi
pola batuk dan korakter semret.
-
Aukultasi
bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas abnormal.
-
Kaji
fekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
-
Kolaborasi pemberian O2
tambahan
3.Hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit (Carpenito,1999)
Tujuan : hipertermi teratasi
Intervensi :
-
Monitor tanda-tanda vital
-
Monitor temperatur / suhu tubuh
anak
-
Kompres hangat jika panas
-
Beri obat penurun panas .
4.Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia (Carpenito,1999)
Tujuan : kebutuhan nutrisi
terpenuhi
Intervensi :
-
Berikan
diet tinggi kalori dan tinggi protein
-
Timbang
berat badan setiap hari.
-
Berikan
makan dan minum porsi kecil tapi sering.
-
Berikan susu formula.
-
Kaji tanda-tanda malnutrisi
5.Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai kebutuhan O2
(Carpenito,1999)
Tujuan : peningkatan
intoleransi aktivitas
Intervensi :
-
Evaluasi respon Pasien terhadap aktivitas
-
Berikan
lingkungan yang nyaman dan tenang.
-
Batasi pengunjung selama fase
akut
-
Bantu
aktivitas perawatan diri yang diperlukan
-
Bantu
pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat dan tidur.
6.Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi (NANDA,2001)
Tujuan : menyatakan pemahaman
kondisi, proses penyakit
Intervensi :
-
Kaji
pengetahuan dan pemahaman klien / orang terdekat.
-
Diskusikan
aspek ketidak mampuan dari penyakit, lama penyembuhan dan harapan kesembuhan.
-
Berikan
informasi dalam bentuk tertulis dan verbal
-
Tekangkan
perlunya melanjutkan terapi antibiotik selama periode yang dianjurkan.
-
Terangkan
pentingnya melanjutkan evaluasi medik dan vaksin / imunisasi dengan tepat.
7.Ansietas( cemas )
berhubungan dengan kesulitan bernafas, prosedur-prosedur yang tidak biasa dan
mungkin lingkungan (Wong’s,1996)
Tujuan: Menunjukan adanya
penurunan dari ansietas klien
Intervensi:
-
Jelaskan prosedur-prosedur yang
tidak biasa dan peralatan pada anak sebelum tindakan
-
Terapkan
hasil yang akan dicapai bersama dengan anak dan orang tua
-
Temani
anak selama prosedur tindakan
-
Tingkatkan
frekuensi datang kepasien selama fase akut
-
Libatkan
keluarga dalam setiap tindakan
-
Tingkatkan
frekuensi datang kepasien selama fase akut
-
Berikan
benda/mainan yang dapat menyenangkan anak
-
Tidak
melakukan tindakan yang dapat membuat anak bertambah cemas atau takut
Comments