ASUHAN KEPERAWATAN RHINITIS ALERGI
A.Pengertian
Rhinitis adalah
istilah untuk peradangan mukosa.Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:
A. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakanperadangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.
A. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakanperadangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.
- Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.
B.Etiologi
Rhinitis alergi
adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang diikuti
oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
Immediate Phase Allergic Reaction, Berlangsung
sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya Late Phase
Allergic Reaction, Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan
puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
- Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur
- Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang
- Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan lebah
- Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan
Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi
dibagi menjadi tiga tahap besar :
1. Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan
antigen, reaksi non spesifik
2. Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik,
yang membangkitkan system humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan
kedua system terebut, jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada
tahap ini, jika antigen masih ada, karena defek dari ketiga mekanisme system
tersebut maka berlanjut ke respon tersier
3. Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak
meguntungkan
C.Manifestasi Klinis
1. Bersin berulang-ulang, terutama setelah
bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin lebih dari 6 kali).
2. Hidung tersumbat.
- Hidung melr. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
- Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
- Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.
D.Patofisiologi
Tepung
sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di endapkan pada mukosa
hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan pada
individu individu yang kecenderungan atopik secara genetik, memulai produksi
imunoglobulin lokal (Ig ) E. Pelepasan mediator sel mast yang baru, dan
selanjutnya, penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta limfosit
bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi fase lambat terhadap
alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang, gatal, dan vasodilatasi.
Peradangan yang lambat dapat turut serta menyebabkan hiperresponsivitas hidung
terhadap rangsangan nonspesifik suatu pengaruh persiapan. (Behrman, 2000).
E.Penatalaksanaan
Hindari
kontak & eliminasi, Keduanya merupakan terapi paling ideal. Hindari kontak
dengan alergen penyebab, sedangkan eliminasi untuk alergen ingestan (alergi
makanan).
Simptomatik
: Terapi medikamentosa yaitu antihistamin, dekongestan dan kortikosteroid
1. Antihistamin
Antihistamin
yang sering digunakan adalah antihistamin oral. Antihistamin oral dibagi
menjadi dua yaitu generasi pertama (nonselektif) dikenal juga sebagai
antihistamin sedatif serta generasi kedua (selektif) dikenal juga sebagai
antihistamin nonsedatif.
Efek sedative
antihistamin sangat cocok digunakan untuk pasien yang mengalami gangguan tidur
karena rhinitis alergi yang dideritanya. Selain itu efek samping yang biasa
ditimbulkan oleh obat golongan antihistamin adalah efek antikolinergik seperti
mulut kering, susah buang air kecil dan konstipasi. Penggunaan obat ini perlu
diperhatikan untuk pasien yang mengalami kenaikan tekanan intraokuler,
hipertiroidisme, dan penyakit kardiovaskular.
Antihistamin
sangat efektif bila digunakan 1 sampai 2 jam sebelum terpapar allergen.
Penggunaan antihistamin harus selalu diperhatikan terutama mengenai efek
sampingnya. Antihistamin generasi kedua memang memberikan efek sedative yang
sangat kecil namun secara ekonomi lebih mahal.
2. Dekongestan
Dekongestan
topical dan sistemik merupakan simpatomimetik agen yang beraksi pada reseptor
adrenergic pada mukosa nasal, memproduksi vasokonstriksi. Topikal dekongestan
biasanya digunakan melalui sediaan tetes atau spray. Penggunaan dekongestan
jenis ini hanya sedikit atau sama sekali tidak diabsorbsi secara sistemik
(Dipiro, 2005). Penggunaan obat ini dalam jangka waktu yang lama dapat
menimbulkan rhinitis medikamentosa (rhinitis karena penggunaan obat-obatan).
Selain itu efek samping yang dapat ditimbulkan topical dekongestan antara lain
rasa terbakar, bersin, dan kering pada mukosa hidung. Untuk itu penggunaan obat
ini memerlukan konseling bagi pasien.
Sistemik
dekongestan onsetnya tidak secepat dekongestan topical. Namun durasinya
biasanya bisa lebih panjang. Agen yang biasa digunakan adalah pseudoefedrin.
Pseudoefedrin dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat walaupun digunakan
pada dosis terapinya (Dipiro, 2005). Obat ini harus hati-hati digunakan untuk
pasien-pasien tertentu seperti penderita hipertensi. Saat ini telah ada produk
kombinasi antara antihistamin dan dekongestan. Kombinasi ini rasional karena
mekanismenya berbeda.
3. Nasal Steroid
Merupakan obat
pilihan untuk rhinitis tipe perennial, dan dapat digunakan untuk rhinitis
seasonal. Nasal steroid diketahui memiliki efek samping yang sedikit.
Obat yang biasa
digunakan lainnya antara lain sodium kromolin, dan ipatropium bromida.
Operatif
: Konkotomi merupakan tindakan memotong konka nasi inferior yang mengalami
hipertrofi berat. Lakukan setelah kita gagal mengecilkan konka nasi inferior
menggunakan kauterisasi yang memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.
4.Imunoterapi : Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan. Netralisasi tidak membentuk blocking antibody dan untuk alergi ingestan.
4.Imunoterapi : Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan. Netralisasi tidak membentuk blocking antibody dan untuk alergi ingestan.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1.Identitas
2.keluhan utama
Bersin-bersin,
hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal
3.Riwayat peyakit dahulu
Pernahkan pasien menderita penyakit
THT sebelumnya.
4.Riwayat keluarga
Apakah keluarga adanya yang
menderita penyakit yang di alami pasien
5.Pemeriksaan
fisik :
- Inspeksi :
permukaan hidung terdapat sekret mukoid
- Palpasi :
nyeri, karena adanya inflamasi
Pemeriksaan
penunjang :
1. Pemeriksaan
nasoendoskopi
2. Pemeriksaan
sitologi hidung
3. Hitung
eosinofil pada darah tepi
4. Uji kulit
allergen penyebab
Diagnosa
1. Cemas
berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur tindakan
medis
2. Ketidakefektifan
jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adanya secret yang mengental
3. Gangguan pola
istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung
4. Gangguan konsep
diri berhubungan dengan rhinore
Intervensi
1. Cemas berhubungan
dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur tindakan medis
Tujuan : Cemas
klien berkurang/hilang
Kriteria :
a. Klien akan
menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
b. Klien
mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji tingkat kecemasan klien
2. Berikan
kenyamanan dan ketentaman pada klien :
- Temani klien
- Perlihatkan
rasa empati( datang dengan menyentuh klien )
3. Berikan
penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta
gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti
4. Singkirkan
stimulasi yang berlebihan misalnya :
- Tempatkan
klien diruangan yang lebih tenang
- Batasi kontak
dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan
5. Observasi tanda-tanda vital.
6. Bila perlu ,
kolaborasi dengan tim medis
|
1. Menentukan tindakan selanjutnya
2. Memudahkan
penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan
3. Meningkatkan
pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga
klien lebih kooperatif
4. Dengan
menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.
5. Mengetahui
perkembangan klien secara dini.
6. Obat dapat
menurunkan tingkat kecemasan klien
|
2. Ketidakefektifan
jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adnya secret yang mengental.
Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret dikeluarkan
Kriteria :
a. Klien tidak
bernafas lagi melalui mulut
b. Jalan nafas kembali normal terutama
hidung
Intervensi
|
Rasional
|
a. Kaji penumpukan secret yang ada
b. Observasi tanda-tanda vital.
c. Kolaborasi
dengan team medis
|
a. Mengetahui
tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
b. Mengetahui
perkembangan klien sebelum dilakukan operasi
c. Kerjasama
untuk menghilangkan obat yang dikonsumsi
|
3. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan
pada hidung
Tujuan : klien
dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
Kriteria :
- Klien tidur 6-8 jam sehari
Intervensi
|
Rasional
|
a. Kaji kebutuhan tidur klien.
b. ciptakan suasana yang nyaman.
c. Anjurkan klien bernafas lewat
mulut
d. Kolaborasi
dengan tim medis pemberian obat
|
a. Mengetahui
permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
b. Agar klien
dapat tidur dengan tenang
c. Pernafasan tidak terganggu.
d. Pernafasan
dapat efektif kembali lewat hidung
|
4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore
Intervensi
|
Rasional
|
a. Dorong individu untuk bertanya
mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosis kesehatan
b. ajarkan individu menegenai sumber
komunitas yang tersedia, jika dibutuhkan (misalnya : pusat kesehatan mental)
c. dorong individu untuk
mengekspresikan perasaannya, khususnya bagaimana individu merasakan,
memikirkan, atau memandang dirinya
|
a. memberikan minat dan perhatian,
memberikan kesempatan untuk memperbaiakikesalahan konsep
b. pendekatan secara komperhensif
dapat membantu memenuhi kebutuhan pasienuntuk memelihara tingkah laku koping
c. dapat membantu meningkatkan
tingkat kepercayaan diri, memperbaiki harga diri, mrnurunkan pikiran terus
menerus terhadap perubahan dan meningkatkan perasaan terhadap pengendalian
diri
|
Implementasi
1. Mendorong
individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan
prognosis kesehatan
2. Mengatur
kelembapan ruangan untuk mencegah pertumbuhan jamur
3. Menjauhkan
hewan berbulu dari pasien alergi, namun hal ini sering tidak dipatuhi terutama
oleh pecinta binatang
4. Membersihkan kasur secara rutin
Evaluasi
1. Mengetahui
tentang penyakitnya
2. Sudah bisa
bernafas melalui hidung dengan normal
3. Bisa tidur
dengan nyenyak
4. Mengutarakan
penyakitnya tentang perubahan penampilan
KESIMPULAN DAN
SARAN
A.KESIMPULAN
Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan )
pada membran mukosa di hidung. (Dipiro, 2005 )
Rhinitis adalah
istilah untuk peradangan mukosa. Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:
- Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.
- Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.
Comments