BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Sistem
kardiovaskuler mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses homeostasis
agar tubuh dapat beradaptasi terhadap berbagai perubahan yang terjadi
dilingkungan sekitar kita. Beberapa fungsi yang diemban oleh system
kardiovaskuler untuk mempertahankan proses homeostasis adalah :
1. Penyedia
berbagai bahan nutrisi dan oksigen ke sel jaringan dan membuang hasil
metabolism
2. Transpor
berbagai bahan dari satu organ ke organ yang lain
3. Mengatur
keseimbangan cairan tubuh melalui pengaturan konsentrasi air dan ion pada sel
dan jaringan
Penambahan beberapa tahun terakhir
ini telah menambah wawasan kita tentang fungsi jantung, selain fungsi yang
berada diatas. Beberapa penemuan telah membuktikan bahwa jantung juga berfungsi
sebagai organ ndokrin dengan menghasilkan beberapa hormone yang penting dalam
mengatur fungsi system kardiovaskuler. Hormon-hormon yang telah diketahui
disintesa di jantung adalah Atrial Natriuretik Peptida (ANP), Adrenomedullin,
dan terakhir adalah Oksitosin
Dalam proses perkembangannya,
makhluk hidup sangat bergantung pada berfungsinya system kardiovaskuler secara
optimal dan kkelainan yang terjadi pada system ini akan menyebabkan konsekwensi
klinik yang serius.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
•
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah ASKEP SISTEM CARDIOVASKULER
2. Tujuan Khusus
•
Mengetahui
tentang penyakit CHF
•
Mengetahui
perjalanan penyakit CHF
•
Mengetahui
komplikasi CHF
•
Mengetahui
asuhan keperawatan penyakit CHF
BAB II
KONSEP MEDIS
A.
DEFENISI
Gagal jantung
adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi
kebutuhan darah untuk matabolisme jaringan. (Sylvia A Price dan Lorraine
M.Wilson.1995:583)
Gagal jantung
adalah suatu keadaan ketidakmampuan untuk memompakan darah keseluruhan tubuh
sesuai dengan kebutuhan metabolisme. (National Cardiovasculer Harkit.2001:119)
Gagal jantung
adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan sirkulasi yang adekuat,
ditandai dengan dispneu, dilatasi vena dan edema. (Kamus Kedokteran
Dorland.1998:291)
Kesimpulan
:
Gagal jantung
adalah suatu keadaan ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah ke seluruh
tubuh sesuai dengan kebutuhan.
B.
ETIOLOGI
Mekanisme fisiologis, yang menyebabkan
gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, meliputi
regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel dan beban akhir meningkat pada
keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas
miokardium pada keadaan dimana terjadi penurunan pada infark miokardium dan
cardiomiopati. Selain ketiga makanisme fisiologis yang menyebabkan gagal
jantung, ada factor fisiologis lain yang dapat pula mengakibatkan jantung gagal
bekerja sebagai pompa.
Faktor-faktpr
yang mengganggu pengisisan ventrikel seperti stenosis katup atrioventrikuler
dapat menyebabkan gagal jantung. Penyebab gagal pompa jantung secara
menyeluruh:
1. Kelainan mekanis :
·
Peningkatan
beban tekanan Sentral (stenosis aorta)ØPeriferØ (hipertensi sistemik)
·
Peningkatan
beban volume (regurgitasi katup, peningkatan beban awal)
·
Obstruksi
terhadap ventrikel (stenosis mitralis atau trikuspidalis)
·
Tamponade
pericardium
·
Restruksi
endokardium atau miokardium
·
Aneurisma
ventrikel
·
Dis-sinergi
ventrikel
2. Kelainan miokardium
·
Primer
o Kardiomiopati
o Miokarditis
o Kelainan metabolic
o Toksisitas (alcohol, kobalt)
o Preskardia
·
Kelainan
dis-dinamik sekunder (sekunder terhadap kelainan mekanis)
o Kekurangan 02
o Kelainan metabolic
o Inflamasi
o Penyakit sistemik
o Penyakit paru obstrusi menahun
(PPOM)
3. Berubahnya irama jantung atau urutan
konduksi
·
Henti
jantung
·
Fibrilasi
·
Tachycardia
atau bradicardia yang berat
·
Asim
kronis listrik, gangguan konduksi
penyebab-penyebab yang paling umum
dari gagal jantung kongestif adalah :
·
penyakit
arteri koroner,
·
penyalahgunaan
alkohol yang berkepanjangan, dan
C.
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi
klinis gagal jantung secara keseluruhan sangat bergantung pada etiologinya.
Namun dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Ortopnea,
yaitu sesak saat berbaring
2. Dyspnea
On Effert (DOE), yaitu sesak bila melakukan aktivitas
3. Paroxymal
Nocturnal Dyspnea (PND), yaitu sesak napas tiba-tiba pada malam hari disertai
batuk
4. Berdebar-debar
5. Lekas
capek
6. Batuk-batuk
Gambaran klinis gagal jantung kiri:
1. Sesak
napas dyspnea on effert, paroxymal nocturnal dyspnea
2. Pernapasan
cheyne stokes
3. Batuk-batuk
4. Sianosis
5. Suara
sesak
6. Ronchi
basah, halus, tidak nyaring di daerah basal paru hydrothorax
7. Kelainan
jantung seperti pembesaran jantung, irama gallop, tachycardia
8. BMR
mungkin naik
9. Kelainan
pada foto roentgen
Gambaran klinis gagal jantung kanan:
1. Edema
pretibia, edema presakral, asites dan hydrothorax
2. Tekanan
vena jugularis meningkat (hepato jugular refluks)
3. Gangguan gastrointestinal,
anorexia, mual, muntah, rasa kembung di epigastrium
4. Nyeri
tekan mungkin didapati gangguan fungsi hati tetapi perbandingan albumin dan
globulin tetap, splenomegali, hepatomegali
5. Gangguan
ginjal, albuminuria, silinder hialin, glanular, kadar ureum meninggi (60-100%),
oligouria, nocturia
6. Hiponatremia, hipokalemia,
hipoklorimia
Gejala-gejala
dari gagal jantung kongestif bervariasi diantara individual-individual menurut
sistim-sistim organ tertentu yang terlibat dan tergantung pada derajat
kepadanya seluruh tubuh telah "mengkompensasi" untuk kelemahan otot
jantung.
1. Gejala awal dari gagal jantung
kongestif adalah kelelahan. Sementara kelelahan adalah indikator yang sensitif
dari kemungkinan gagal jantung kongestif yang mendasarinya, ia adalah jelas
gejala yang tidak spesifik yang mungkin disebabkan oleh banyak kondisi-kondisi
lain. Kemampuan seseorang untuk berolahraga mungkin juga berkurang. Pasien-pasien
mungkin bahkan tidak merasakan pengurangan ini dan mereka mungkin tanpa sadar
mengurangi aktivitas-aktivitas mereka untuk mengakomodasikan keterbatasan ini.
2. Ketika tubuh menjadi terlalu
terbebani dengan cairan dari gagal jantung kongestif, pembengkakan (edema) dari
pergelangan-pergelangan kaki dan kaki-kaki atau perut mungkin tercatat.
3. Sebagai tambahan, cairan mungkin
berakmulasi dalam paru-paru, dengan demikian menyebabkan sesak napas, terutama
selama olahraga/latihan dan ketika berbaring rata. Pada beberapa
kejadian-kejadian, pasien-pasien terbangun di malam hari, megap-megap untuk
udara.
4. Beberapa mungkin tidak mampu untuk
tidur kecuali duduk tegak lurus.
5. Cairan ekstra dalam tubuh mungkin
menyebabkan kencing yang meningkat, terutama pada malam hari.
6. Akumulasi dari cairan dalam hati dan
usus-usus mungkin menyebabkan mual, nyeri perut, dan nafsu makan yang
berkurang.
D. PATOFISIOLOGI
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas
miokardium yang khas pada gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu
kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri
yang menurun mengurangi curah sekuncup dan meningkatkan volume residu
ventrikel.
Tekanan rteri paru-paru dapat meningkat
sebagai respon terhadap peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi
pulmonary meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan
kejadian seprti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung
kanan, dimana akhirnya akan terjdi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau
paru-paru dan edema dapat dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan
katub-katub trikuspidalis atau mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional
dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katub atrioventrikularis atau perubahan-perubahan
pada orientasi otot papilaris dan kordatendinae yang terjadi sekunder akibat
dilatasi ruang.
Sebagai respon terhadap gagal jantung
ada tiga meknisme primer yang dapat dilihat; meningkatnya aktifitas adrenergik
simpatik, meningkatnya beban awal akibat
aktivasi istem rennin-angiotensin-aldosteron dan hipertrofi ventrikel. Ketiga
respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curh jantung.
Meknisme-meknisme ini mungkin memadai untuk mempertahnkan curah jantung pada
tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini, pada keadaan
istirahat. Tetapi kelainan pad kerj ventrikel
dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan berktivitas.
Dengn berlanjutny gagal jantung maka
kompensasi akan menjadi semakin luring efektif.
E. DATA PENUNJANG
1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler,
penyimpangan aksis, iskemia Dan kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis
: takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau
lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime ventricular.
2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi
pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katub atau are penurunan
kontraktilitas ventricular.
3. Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi
dan memperkirakan pergerakan dinding.
4. Kateterisasi jantung : Tekanan bnormal
merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi
kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri
kororner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal
dan ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Gagal serambi kiri/kanan dari jantung
mengakibtkan ketidakmampuan memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik .
Karenanya diagnostik dan teraupetik berlanjut . GJK selanjutnya dihubungkan
dengan morbiditas dan mortalitas.
1. Aktivitas/istirahat
·
Gejala : Keletihan/kelelahan
terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea
pada saat istirahat.
·
Tanda : Gelisah, perubahan
status mental mis : letargi, tanda vital
berubah pad aktivitas.
2. Sirkulasi
·
Gejala : Riwayat HT, IM
baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung , bedah jantung ,
endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
·
Tanda :
·
TD ; mungkin rendah (gagal
pemompaan).
·
Tekanan Nadi ; mungkin
sempit.
·
Irama Jantung ; Disritmia.
·
Frekuensi jantung ;
Takikardia.
·
Nadi apical ; PMI mungkin
menyebar dan merubah
·
posisi secara inferior ke
kiri.
·
Bunyi jantung ; S3 (gallop)
adalah diagnostik, S4 dapat
·
terjadi, S1 dan S2 mungkin
melemah.
·
Murmur sistolik dan
diastolic.
·
Warna ; kebiruan, pucat
abu-abu, sianotik.
·
Punggung kuku ; pucat atau
sianotik dengan pengisian
·
kapiler lambat.
·
Hepar ; pembesaran/dapat
teraba.
·
Bunyi napas ; krekels,
ronkhi.
·
Edema ; mungkin dependen,
umum atau pitting
·
khususnya pada ekstremitas.
3. Integritas
ego
•
Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang
berhubungan dengan penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan
medis)
•
Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis :
ansietas, marah, ketakutan dan mudah tersinggung.
4. Eliminasi
• Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap,
berkemih malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
5. Makanan/cairan
·
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah,
penambhan berat badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah,
pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan
penggunaan diuretic.
·
Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites)
serta edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).
6. Higiene
·
Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama
aktivitas Perawatan diri.
·
Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan
personal.
7. Neurosensori
·
Gejala
: Kelemahan, pening, episode pingsan.
·
Tanda :
Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
8. Nyeri/Kenyamanan
·
Gejala : Nyeri dada, angina
akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada otot.
·
Tanda : Tidak tenang, gelisah,
focus menyempit danperilaku melindungi diri.
9. Pernapasan
·
Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil
duduk atau dengan beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum,
riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
·
Tanda :
·
Pernapasan; takipnea, napas
dangkal, penggunaan otot asesori pernpasan.
·
Batuk : Kering/nyaring/non
produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
·
Sputum ; Mungkin bersemu
darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal)
·
Bunyi napas ; Mungkin tidak
terdengar.
·
Fungsi mental; Mungkin
menurun, kegelisahan, letargi.
·
Warna kulit ; Pucat dan
sianosis.
10. Keamanan
• Gejala :
Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.
11. Interaksi
sosial
•
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas
sosial yang biasa dilakukan.
12. Pembelajaran/pengajaran
·
Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat
jantung, misalnya : penyekat saluran kalsium.
·
Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
B.
DIAGNOSA
1. Penurunan
curah jantung berhubungan dengan, Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan
inotropik, Perubahan frekuensi, irama
dan konduksi listrik, Perubahan
structural, ditandai dengan ;
·
Peningkatan frekuensi
jantung (tachikardia) : disritmia, perubahan gambaran pola EKG
·
Perubahan tekanan darah
(hipotensi/hipertensi).
·
Bunyi ekstra (S3 & S4)
·
Penurunan keluaran urine
·
Nadi perifer tidak teraba
·
Kulit dingin kusam
·
Ortopnea,krakles, pembesaran
hepar, edema dan nyeri dada.
Tujuan
Klien menunjukkan tanda vital dalam batas
yang dapat diterima (disritmia
terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung , Melaporkan
penurunan epiode dispnea, angina, Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi
beban kerja jantung.
2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan ketidak seimbangan
antar suplai okigen. Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi. Ditandai dengan : Kelemahan,
kelelahan, Perubahan tanda vital, adanya
disrirmia, Dispnea, pucat, berkeringat.
Tujuan
Berpartisipasi pad
ktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri, Mencapai peningkatan
toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oelh menurunnya kelemahan dan
kelelahan.
3. Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
ditandai dengan : Ortopnea, bunyi jantung S3,
Oliguria, edema, Peningkatan
berat badan, hipertensi, Distres
pernapasan, bunyi jantung abnormal.
Tujuan
Mendemonstrasikan volume cairan stabil
dengan keseimbangan masukan danpengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda
vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada
edema. Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual.
4. Resiko
tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan menbran
kapiler-alveolus.
Tujuan
Mendemonstrasikan ventilasi dan
oksigenisasi dekuat pada jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang
normal dan bebas gejala distress pernapasan. Berpartisipasi dalam program
pengobatan dalam batas kemampuan/situasi.
5. Resiko
tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.
Tujuan
Mempertahankan
integritas kulit, Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.
6. Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan
berhubungan dengan kurang
pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal,
ditandai dengan : Pertanyaan masalah/kesalahan persepsi, terulangnya episode
GJK yang dapat dicegah.
Tujuan
·
Mengidentifikasi hubungan
terapi untuk menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi.
·
Mengidentifikasi stress
pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani.
·
Melakukan perubahan pola
hidup/perilaku yang perlu.
C. INTERVENSI
Diagnosa
1
Penurunan curah jantung berhubungan
dengan perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama dan konduksi
listrik, Perubahan structural
·
Auskultasi nadi apical :
kaji frekuensi dan iram jantung
Rasional : Biasanya terjadi tachikardi (meskipun pada
saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.
·
Catat bunyi jantung
Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya
kerja pompa. Irama Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah
kesermbi yang disteni. Murmur dapat menunjukkan Inkompetensi/stenosis katup.
·
Palpasi nadi perifer
Rasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan
menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi mungkin
cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan.
·
Pantau TD
Rasional : Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah
dapat meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi
danhipotensi tidak dapat norml lagi.
·
Kaji kulit terhadp pucat dan
sianosis
Rasional : Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer
ekunder terhadap tidak dekutnya curh jantung; vasokontriksi dan anemia.
Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit sering berwarna
biru atu belang karena peningkatan kongesti vena.
·
Berikan oksigen tambahan
dengan kanula nasal/masker dan obat
sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional : Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan
miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk
meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan
kongesti.
Diagnosa 2
Aktivitas intoleran berhubungan dengan :
Ketidak seimbangan antar suplai okigen. Kelemahan umum, Tirah baring
lama/immobilisasi
·
Periksa tanda vital sebelum
dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan
vasodilator,diuretic dan penyekat beta.
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan
aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau
pengaruh fungsi jantung.
·
Catat respons kardiopulmonal
terhadap aktivitas, catat takikardi, diritmia, dispnea berkeringat dan pucat.
Rasional : Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk
meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dpat menyebabkan peningkatan
segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan
kelemahan.
·
Evaluasi peningkatan
intoleran aktivitas.
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi
jantung daripada kelebihan aktivitas.
·
Implementasi program
rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas
menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan
fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali
Diagnosa
3
Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan : menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah
jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
·
Pantau pengeluaran urine,
catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.
Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat
karena penurunan perfusi ginjal. Posisi
terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan
selama tirah baring.
·
Pantau/hitung keseimbangan
pemaukan dan pengeluaran selama 24 jam
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh
kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites
masih ada.
·
Pertahakan duduk atau tirah
baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
Rasional : Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal
dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.
·
Pantau TD dan CVP (bila ada)
Rasional : Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan
kelebihan cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru,
gagal jantung.
·
Kaji bisisng usus. Catat
keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut)
dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.
·
Pemberian obat sesuai
indikasi (kolaborasi)
·
Konsul dengan ahli diet.
Rasional : perlu memberikan diet yang dapat diterima
klien yang memenuhi kebutuhan kalori
dalam pembatasan natrium.
Diagnosa
4
Resiko tinggi gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan : perubahan menbran kapiler-alveolus.
·
Pantau bunyi nafas, catat
krekles
Rasional : menyatakan adnya kongesti paru/pengumpulan
secret menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi lanjut.
·
Ajarkan/anjurkan klien batuk
efektif, nafas dalam.
Rasional : membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran
oksigen.
·
Dorong perubahan posisi.
Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
·
Kolaborasi dalam
Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.
Rasional : Hipoksemia dapat
terjadi berat selama edema paru.
·
Berikan obat/oksigen
tambahan sesuai indikasi
Diagnosa 5
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi
jaringan.
·
Pantau kulit, catat
penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau
kegemukan/kurus.
Rasional : Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi
perifer, imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi.
·
Pijat area kemerahan atau
yang memutih
Rasional : meningkatkan aliran darah, meminimalkan
hipoksia jaringan.
·
Ubah posisi sering ditempat
tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi waktu satu area yang
mengganggu aliran darah.
·
Berikan perawtan kulit,
minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
Rasional : Terlalu kering atau lembab merusak
kulit/mempercepat kerusakan.
·
Hindari obat intramuskuler
Rasional : Edema interstisial dan gangguan sirkulasi
memperlambat absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit/terjadinya
infeksi..
Diagnosa 6
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
mengenai kondisi dan program pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang
hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal jantung.
·
Diskusikan fungsi jantung
normal
Rasional : Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat
memudahkan ketaatan pada program pengobatan.
·
Kuatkan rasional pengobatan.
Rasional : Klien percaya bahwa perubahan program pasca
pulang dibolehkan bila merasa baik dan bebas gejala atau merasa lebih sehat
yang dapat meningkatkan resiko eksaserbasi gejala.
·
Anjurkan makanan diet pada
pagi hari.
Rasional : Memberikan waktu adequate untuk efek obat
sebelum waktu tidur untuk mencegah/membatasi menghentikan tidur.
·
Rujuk pada sumber di
masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi
Rasional : dapat menambahkan bantuan dengan pemantauan
sendiri/penatalaksanaan dirumah.
Comments